Minggu, 16 Oktober 2011

Only You - Elvis Presley







Only you can make all this world seem bright
Only you can make the darkness bright
Only you and you alone can thrill me like you do
And fill my heart with love for only you

Only you can make this change in me
For it's true you are my destiny
When you hold my hand I understand
The magic that you do
You're my dream come true
My one and only you

Only you can make this change in me
For it's true you are my destiny
When you hold my hand I understand
The magic that you do
You're my dream come true
My one and only you

Minggu, 09 Oktober 2011

Perilaku Konsumen


BAB I. Pendahuluan

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.

BAB II. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.
Dua wujud konsumen
1. Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
2. Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.

Production concept
Konsumen pada umumnya lebih tertarik dengan produk-produk yang harganya lebih murah. Mutlak diketahui bahwa objek marketing tersebut murah, produksi yang efisien dan distribusi yang intensif.

Product concept
Konsumen akan menggunakan atau membeli produk yang ditawarkan tersebut memiliki kualitas yang tinggi, performa yang terbaik dan memiliki fitur-fitur yang lengkap.

Selling concept
Marketer memiliki tujuan utama yaitu menjual produk yang diputuskan secara sepihak untuk diproduksi.

Marketing concept
Perusahaan mengetahui keinginan konsumen melalui riset yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian memproduksi produk yang diinginkan konsumen. Konsep ini disebut marketing concept.

Market segmentation
Membagi kelompok pasar yang heterogen ke kelompok pasar yang homogen.

Market targeting
Memlih satu atau lebih segmen yang mengidentifikasikan perusahaan untuk menentukan.

Positioning
Mengembangkan pemikiran yang berbeda untuk barang dan jasa yang ada dalampikiran konsumen.

Menyediakan nilai pelanggan didefinisikan sebagai rasio antara keuntungan yang dirasakan sumber-sumber (ekonomi, fungsional dan psikologi) digunakan untuk menghasilkan keuntungan-keuntungan tersebut. Keuntungan yang telah dirasakan berupa relative dan subjektif.
Kepuasan pelanggan adalah persepsi individu dari performa produk atau jasa dalam hubungannya dengan harapan-harapan.
Mempertahankan konsumen adalah bagaimana mempertahankan supaya konsumen tetap loyal dengan satu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain, hamper dalam semua situasi bisnis, lebih mahal untuk mencari pelanggan baru dibandingkan mempertahankan yang sudah ada.
Etika pasar dan tanggung jawab social
Konsep pemasaran social mewajibkan semua pemasar wapada terhadap prinsip tanggung jawab social dalam memasarkan barang atau jasa mereka, oleh sebab itu pemasar harus mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan dari targt pasar mereka. Praktek etika dan tangung jawab social dalah bisnis yang bagus, tidak hanya meningkatkan penjualan tetapi menghasilkan kesan yang baik.

Model sederhana dari pengambilan keputusan yang dibuat oleh pelanggan
- Input stage mempengaruhi pengakuan konsumen dari sebuah kebutuhan produk dan terdiri dari dua (2) sumber informasi, yaitu usaha pemasaran perusahaan dan pengaruh sosiologi dari luar pelanggan.
- Output stage terdiri dari dua (2) pendekatan yang erat hubungannya dengan aktivitas pengambilan keputusan yang sudah diambil.


BAB III. Roda Analisi Konsumen

Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan marketer untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.

 Afeksi dan kognisi

Tipe respons afektif
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling memengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernafasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke empat proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi kedua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktifitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.

Kesimpulan

Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
  1. Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
  2. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
  3. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
  4. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
  5. Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.
Daftar Pustaka
http://organisasi.org/perilaku-konsumen-ringkasan-rangkuman-resume-mata-kuliah-ekonomi-manajemen
http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen

Minggu, 02 Oktober 2011

Tugas Analisis Jurnal (selanjutnya)

Analisis Jurnal 1



1. Judul : Pemodelan Jumlah Uang Beredar

Pengarang : Hotniar Siringoringo

Tahun : 2003

Tema : Jumlah Uang Beredar

Latar Belakang Masalah : Jumlah uang beredar dalam suatu kurun waktu tertentu sangat penting dalam perekonomian suatu Negara. Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan membuat kebijakan yang berhubungan dengan jumlah uang beredar. Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar.

Masalah : Jumlah uang beredar dapat menggeser kondisi perekonomian dari baik ke buruk atau sebaliknya. Pemerintah dalam suatu Negara punya tugas untuk menjaga perekonomian dalam keadaan stabil. Menggunakan kebijakan moneter salah satunya, pemerintah dapat menjalankan fungsi penstabilan perekonomian.

Tujuan : Menguji hubungan kausal antara jumlah uang beredar dengan faktor-faktor yang mempengaruhi.

Metodologi Penelitian:
a.       Variable penelitian
Variabel penelitian adalah jumlah uang beredar yang merupakan variabel terikat (dependen), dan aktiva luar negeri bersih merupakan variabel bebas (independent)

b.      Hipotesa penelitian
H : aktiva luar negeri bersih tidak mempengaruhi jumlah uang beredar.

c.       Data
Data yang digunakan merupakan data sekunder, menggunakan skala pengukuran rasio, jumlah uang beredar dan data faktor-faktor yang mempengaruhinya.

d.      Pengolahan data
pengolahan menggunakan SPSS. Hubungan kausal akan diuji menggunakan regresi linier berganda.

Pembahasan:
  1. koefisien korelasi
Korelasi Pearson digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel terikat jumlah uang beredar dengan variabel bebasnya. Korelasi antara jumlah uang beredar dengan aktiva luar negeri bersih sebesar 0.658. angka ini menunjukan hubungan positif dan kuat, artinya naiknya aktiva luar negeri bersih akan menaikan jumlah uang beredar atau turunnya aktiva luar negeri bersih akan menurunkan jumlah uang beredar.

  1. model
Koefisien korelasi berganda jumlah uang beredar dengan aktiva luar negeri bersih adalah 0.990.  Uji kelayakan model dilakukan menggunakan analisis sidik ragam. Hal ini menunjukan bahwa paling tidak variabel bebas secara signifikan mempengaruhi variabel tidak bebas. Model linier berganda untuk jumlah uang beredar dengan metode enter ditunjukkan persamaan di bawah. Persamaan ini menunjukkan bahwa saat variabel bebas dibuat 0, maka jumlah uang beredar di masyarakat sebesar 399371.009 milyar rupiah. Koefisien regresi variabel bebas aktiva luar negeri bersih akan meningkatkan jumlah uang beredar sebesar 1.071, yang mempunyai arti setiap kenaikan satu rupiah aktiva luar negeri brsih akan meningkatkan jumlah uang beredar 1.071 rupiah.
Y = 399371.009+1.071X uji kelinieran koefisien regresi pada taraf nyata (α) 0.05 adalah koefisien regresi aktiva luar negeri bersih tidak signifikan atau b1=0, koefisien regresi aktiva luar negri bersih signifikan atau b1#0
Jadi, signifikansi untuk koefisien regresi b1 dibawah 0.05.

Penutup: Hal ini menunjukkan bahwa variabel aktiva luar negeri besih mempengaruhi jumlah uang beredar.  



2. Judul : Jumlah Uang Beredar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

Pengarang : Iman Murtono Soenhadji

Tahun : 2003

Tema : Jumlah Uang Beredar

Latar Belakang Masalah : Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memacu pertumbuhan ekonomi dengan cara merangsang pertumbuhan sector riil. Dengan demikian secara elastik dapat digambarkan adanya pertumbuhan sektor riil yang memacu peningkatan belanja pemerintah akan turut pula memacu meningkatnya jumlah uang beredar.

Masalah : Masyarakat secara positif masih memiliki pemahaman bahwa kebijakan pemerintah atas moneter dan perbankan memiliki kekuatan yang lebih dari apa yang secara efektif dapat tercapai melalui instrument tersebut, akibatnya timbulah anggapan sector moneter dan sector perbankan mempunyai fungsi yang mampu memberikan pelayanan bagi berlangsungnya sector riil; kegiatan investasi; kegiatan produksi; kegiatan distribusi; maupun konsumsi.

Tujuan : Agar dapat digambarkannya secara elastik adanya pertumbuhan sektor riil yang memacu peningkatan belanja atau pengeluaran pemerintah akan pula turut memacu meningkatnya jumlah uang beredar.

Metodologi Penelitian:
Beberapa pengujian awal dilakukan, diantaranya adalah pengujian autokorelasi dengan metode Durbin Watson, tujuannya untuk melihat apakah kesalahan pengganggu dari suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya.  
Pembahasan, Periode I dari perubahan yang terjadi terhadap jumlah uang beredar dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas yang terdiri dari pengeluaran pemerintah (G), cadangan devisa (Rd), dan angka pengganda uang (mm), demikian juga dengan nilai korelasi yang menunjukkan hubungan sangat erat dan positif sebesar 0.9 namun demikian untuk log model tersebut terlihat bahwa angka D-W diharapkan ≤ 2.04.
Perbandingan model hasil uji menggunakan data tahun periode 1990-2002 dan dengan menggunakan data triwulan periode 1990-1999. secara umum dapat dilihat sebagai berikut periode 1990-2002
Ln M2 = -1.834+ 1.036Ln G + 0.166 Ln Rd + 0.323 Lnmm
        = 0.975
D-W    = 1.147
F          = 118.499

Periode 1990 – 1999
Ln M2 = 5.36+ 1.21Ln G + 0.43 Ln Rd – 0.12 Lnmm
        = 0.987
D-W    = 0.59
F          = 890.38

Di dapat hasil uji menunjukkan bahwa model untuk periode 1900-1997 memiliki nilai lebih besar untuk elastisitas yaitu sebesar 1.99 dibandingkandengan model menggunakan data triwulan sebesar 1.89 untuk variabel pengeluaran pemerintah (g) dengan demikian maka tercipta elastisitas yang lebih baik untuk model tersebut, atau dengan kata lain belanja pemerintah memiliki sifat elastic kepada jumlah uang beredar.

Penutup : Pemerintah masih dirasakan lamban dalam menerapkan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan pertumbuhan sektor riil, dan memacu perekonomian nasional. Hal-hal yang sifatnya kontraproduktif seperti menaikan tariff justru tidak menghasilkan nilai ekonomi.     

3. Judul : Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di Indonesia sebelum dan sesudah krisis.

Pengarang : Lily prayitno, Heny Sandjaya

Tahun : 2002

Tema : Jumlah Uang Beredar

Latar Belakang Masalah : Pada banyak negara dunia berkembang, mempertinggi tingkat pertumbuhan ekonomi memang sangat mutlak diperlukan untuk bersaing dengan negara-negara maju. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dari tahun ke tahun adalah melalui perkembangan sektor keuangan yang semakin pesat dewasa ini.

Masalah : Seiring perkembangan moneter tersebut sekarang menyebabkan hubungan antara jumlah uang beredar dan pertumbuhan ekonomi maupun laju inflasi cenderung kurang stabil. Akibatnya krisis moneter melanda Negara-negara berkembang dan memporakporandakan struktur perekonomiannya. Bahkan bagi Indonesia hal ini berlanjut pada krisis ekonomi dan politik yang telah menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan terhadap sendi-sendi perekonomian nasional.

Tujuan : mengetahui hubungan yang positif dan signifikan antara pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, dan angka pengganda uang terhadap jumlah uang beredar di Indonesia dalam arti luas (M2) pada waktu sebelum krisis, sesudah krisis, dan secara keseluruhan.

Metodologi Penelitian: variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel tidal bebas dan tiga variabel bebas. Variabel tidak bebas adalah jumlah uang beredar yaitu uan dalam arti luas yang terdiri dari M1 ditambah uang kuasi. Variabel bebas terdiri dari pengeluaran pemerintah (G) yaitu total pengeluaran baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan, cadangan devisa (CDR) yaitu mata uang asing yang dimiliki serta angka pengganda uang (mm).
mm =  =   
Ket:
mm : money multiplier
H : rasio reserve-deposit
C : uang kartal
D : uang giral
R : cadangan bank
QM : uang kuasi

Penelitian ini menggunakan analisa regresi dengan model log untuk menganalisa pengaruh pengeluaran pemerintah, cadangan devisa, serta angka pengganda uang terhadap jumlah uang beredar di Indonesia untuk periode 1990-1999. analisa di bagi pada tiga periode waktu, yaitu sebelum krisis (1990-1997), sesudah krisis (1997-1999) dan secara keseluruhan (1990-1999)
 Dalam jangka pendek sebelum krisis dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar, cadangan devisa tidak signifikan terhadap jumlah uang beredar sedangkan angka pengganda uang berpengaruh negative
Dalam jangka pendek sesudah krisis dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar sedangkan dua variabel lainnya tidak signifikan
Dalam jangka panjang dapat disimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah dan cadangan devisa berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap jumlah uang beredar sedangkan angka uang pengganda tidak signifikan.

4. Judul : Jumlah uang beredar di Indonesia.

Pengarang : Vidya Elviara Hermuzon

Tahun : 2011

Tema : Jumlah Uang Beredar

Latar Belakang Masalah : Perjalanan sejarah uang yang beredar dalam Negara Indonesia baik itu dalam keadaan resesi maupun inflasi, jumlah uang yang beredar terus mengalami peningkatan. Pada sisi aktiva neraca sistem moneter yang sangat menentukan adalah tagihan pada perusahaan, walau pada krisis moneter 1998 tagihan pada swasta menurun drastis tapi direcovery naiknya tagihan pada pemerintah.

Masalah : Jika dunia usaha mengalami penurunan, maka pemerintah langsung ikut campur dengan kebijakan moneter atau fiscal untuk menaikkan iklim usaha. Sedangkan pada sisi Jumlah uang beredar (passiva) lebih didominasi oleh uang kuasi, ini menunjukan bahwa system moneter telah melakukan pengelolaan moneter yang baik, sejak dikeluarkannya deregulasi 1983, perbankan di beri kelonggaran untuk mengelola keuangan yang dimilikinya.

Tujuan : Kebijakan yang pemerintah lakukan terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia akan mempengaruhi peredaran jumlah uang beredar di Indonesia.

Metodologi Penelitian:
Saat bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi lagi dengan tingkat 77,6%. Krisis ini disebut dengan krisis moneter karena permulaannya krisis tersebut berasal dari indokator-indikator ekonomi, seperti merosotnya nilai tukar rupiah, kondisi arus kas perbankan yang menurun dan pinjaman public yang melonjak drastis. Menurunnya keuangan perbankan berdampak pada ketidakpercayaan nasabah terhadap bank. Mereka beramai-ramai mencairkan simpanannya di bank, hal ini memperparah krisis yang terjadi. Uang beredar meningkat karena masyarakat, dunia usaha dan lembaga keuangan mengganti rupiah dengan valuta asing untuk keperluan membayar utang valas.
Pemerintah mengambil kebijakan dengan memberikan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Salah satu komponen BLBI merupakan pemberian dari Bank Indonesia ke bank-bank untuk dijadikan konversi saldo giro negative, yaitu menutupi kekurangan warkat tagihan suatu bank dari jumlah warkat yang dikliringkan. Komponen yang lain dana talangan untuk membayar kewajiban luar negeri dan likuiditas 16 bankserta fasilitas saldo debet.
Program restrukturisasi perbankan membutuhkan biaya 665 triliun rupiah, sehingga menambah jumlah uang yang beredar.
TAHUN
1997
1998
1999
2000
Aktiva Luar Negeri (net)
67.985
141.667
129.096
210.733
Tagihan Pada Pemerintah Pusat
-24.931
-28.030
397.257
520.317
Tagihan Pada perusahaan
432.232
552.275
252.576
294.923
Tagihan Pada Lembaga lain
-
-
-
-
Lainnya Bersih
-119.643
-88.531
-132.724
-278.945
Total Aktiva
355.643
577.381
646.205
747.028
M1
78.343
101.197
124.633
162.186
Uang Kartal
28.424
41.394
58.353
72.371
Uang Giral
49.919
59.803
66.280
89.815
Uang Kuasi
277.300
476.184
521.572
584.842
M2 /JUB/Total Passiva
355.643
577.381
646.205
747.028
Setelah krisis moneter, perekonomian moneter kembali normal. Jumlah uang beredar setelah krismon hanya berdampak saat terjadi pemilu presiden tahun 2005. Peredaran uang meningkat dikarenakan untuk biaya-biaya kampanye para calon presiden juga biaya untuk pemilihan umum itu sendiri. Pemerintah juga mengeluarkan biaya tambahan pos belanja social dari bencana-bencana yang sering terjadi di Indonesia.